Rakyat Turki Hari Ini Pemilu, 3 Calon Presiden Bersaing

Tiga Calon Presiden hari ini dipilih rakyat Turki, Minggu (14/5). Foto AP/Emrah Gurel
Tiga Calon Presiden hari ini dipilih rakyat Turki, Minggu (14/5). Foto AP/Emrah Gurel

 

Jakarta, kopasnews.com – Hari ini Pemilihan Umum (Pemilu) berlangsung, rakyat Turki memilih kandidat calon Presiden pilihanya Minggu (14/5). Ke tiga calon presiden tersebut yakni Recep Tayyip Erdogan, Kemal Kilicdaroglu, dan Sinan Ogan.

Sebelumnya, Pemimpin Partai Tanah Air sayap kiri Muharrem Ince juga ikut mencalonkan diri sebagai presiden Turki namun mundur pada Kamis (11/5) karena sejumlah “kampanye hitam” yang menimpanya.

Usai mundurnya Ince, tersisa dua calon Kemal Kilicdaroglu dan Sinan Oganyang akan bersaing melawan petahana Erdogan.

 

Dua Kali Erdogan Ubah Konstitusi Demi Perpanjang Masa Jabatan Presiden Sinan Ogan dicalonkan Aliansi Leluhur (ATA) yang terdiri dari tiga partai. Latar belakangnya sebagai akademisi dan keuangan internasional, sekaligus mantan anggota Partai Gerakan Nasionalis (MHP), sekutu Partai AK pimpinan Erdogan.

Baca Juga : Negara Liga Arab Menggelar Rapat Pasca Serangan Polisi Israel ke Masjidil Aqsa

Ogan pernah terpilih sebagai wakil untuk Igdir, sebuah kota di Turki timur, pada 2011 sebagai kandidat MHP. Ogan kemudian dikeluarkan dari partai MHP pada 2015 karena persaingan internal.

Sementara itu, Kilicdaroglu saat ini disebut sebagai rival terkuat Erdogan pada pemilu tersebut.

Kilicdaroglu memulai karier di bidang politik sebagai wakil Republican People’s Party (CHP) dari Istanbul dalam pemilihan umum 2002. Ia terpilih kembali pada 2007 dan menjabat sebagai wakil ketua kelompok parlemen Partai CHP di bawah Deniz Baykal.

Setelah pengunduran diri Baykal, Kilicdaroglu menggantikan posisinya dan memimpin CHP dalam konvensi partai pada Mei 2010. Setelah itu, ia menjabat sebagai pemimpin Partai CHP.

Partai Kilicdaroglu ini namun terus mengalami kekalahan dalam semua pemilu melawan Justice and Development Party atau Partai AK pimpinan Erdogan sejak saat itu.

Baca Juga : Heboh, Ini Alasan Turki Mengganti Nama Negaranya

Kesuksesan CHP dan sekutunya yang paling signifikan adalah dalam pemilu lokal 2019, saat partai tersebut memenangkan pemilihan walikota di lima dari enam provinsi terbesar di Turki termasuk Ankara dan Istanbul, melansir dari Al-Jazeera.

Erdogan kalah berdasarkan hasil survei Survei yang dirilis Konda pada Kamis (11/5) atau tiga hari jelang pemilihan memaparkan Erdogan hanya meraup 43,7 persen suara, dan Kilicdaroglu meraih 49,3 persen suara. Hasil tersebut membuat Erdogan kekurangan suara mayoritas yang dibutuhkan untuk menang pada putaran pertama pemilu.

Hasil ini pun membuat pemilu Turki diperkirakan berlanjut ke putaran kedua pada 28 Mei.

Pesaing Erdogan lainnya, Ogan meraih 4,8 persen suara, sementara Ince yang belakangan memilih mundur mengantongi 2,2 persen suara. Menurut Konda, mayoritas pemilih Ogan dan Ince punya kecondongan memilih Kilicdaroglu di putaran kedua.

Rusia dituding ikut campur

Kilicdaroglu sempat menuding Rusia menyebarkan hoaks menjelang Pemilu hari ini. Kilicdaroglu menyatakan ‘teman-teman Rusia’ bertanggung jawab atas konten palsu hasil edit.

“Jika kalian mau melanjutkan persahabatan kita setelah 15 Mei, jangan campur tangan di Turki. Kami masih ingin menjalin kerja sama dan pertemanan,” kata Kilicdaroglu di Twitter, sebagaimana dikutip Reuters.

Kilicdaroglu tak membeberkan hoaks yang dimaksud. Namun, ia melontarkan tuduhan ini tak lama setelah Ince mengumumkan mundur dari laga demokrasi tersebut. Kendati Rusia menyangkal ikut campur.

Tantangan pemenang pemilu Turki

Siapa pun yang memenangkan pilpres kali ini akan menghadapi tantangan besar di tengah badai yang melanda Turki. Tantangan itu antara lain masalah ekonomi, gempa bumi, krisis identitas, demokrasi, hingga pengungsi.

Sejak akhir tahun lalu, Turki dilanda krisis ekonomi besar-besaran akibat penurunan suku bunga negara itu. Mereka mengalami inflasi tertinggi dalam 24 tahun yakni sebesar 85,51 persen tahun lalu.

Masalah diperparah dengan kejadian gempa bumi dahsyat pada 6 Februari lalu. Lebih dari 50 ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Pembangunan kembali akibat peristiwa ini pun diperkirakan menelan biaya miliaran dolar.

Baca Juga : Presiden Minta Petani Kurangi Ketergantungan Pada Pupuk Kimia

Turki juga dilanda krisis mengenai identitas. Erdogan, sebagai perdana menteri, mencabut larangan perempuan yang mengenakan hijab bekerja di sektor publik pada 2013.

Masalah demokrasi dan pengungsi juga menjadi persoalan utama di negara tersebut. Para kritikus selama ini mengatakan kebebasan pers di Turki memburuk, dengan 90 persen media setempat berada di bawah kendali pemerintah dan pengusaha yang dekat dengan Erdogan.

Sentimen anti-pengungsi juga belakangan meningkat di Turki. Menurut pemerintah, sekitar 3,7 juta dari total 5,5 juta orang asing di Turki adalah pengungsi Suriah.

Turki pun berusaha untuk mengembalikan para pengungsi, terutama Suriah, ke negara mereka masing-masing.

Sumber : CNN Indonesia