Kopasnews.com – Situasi Timur Tengah makin panas. Di tengah serangan Israel ke Gaza, Palestina, dan marahnya proksi Iran ke perang tersebut- termasuk serangan Houthi ke kapal-kapal pelayaran di Laut Merah- ancaman baru muncul dari ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Ini merupakan dampak serangan ke pangkalan militer AS Tower 22, di Yordania, yang menewaskan tiga orang, Minggu (28/1). AS sebelumnya menunjuk Iran bertanggung jawab terutama terkait penyediaan senjata ke proksi Iran.
Dilansir dari kompas.com, Kemarin, Presiden AS Joe Biden menegaskan dirinya telah memutuskan akan menanggapi serangan drone mematikan itu. Meski tak menganggap bentuknya, balas dendam telah direncanakan.
Baca Juga : Seluruh Siswa di Gaza Terbunuh Syahid, Tahun Ajaran Baru 2023/2024 Berakhir
Hal ini pun membawa komentar dari Iran. Jenderal negeri itu mengatakan setiap “ancaman akan mendapat jawaban”.
“Kami mendengar ancaman datang dari para pejabat Amerika,” kata Mayor Jenderal Hossein Salami dikutip kantor media Iran, Tasnim, Kamis (1/2/2024).
“Kami memberi tahu mereka bahwa mereka telah menguji kami, tidak ada ancaman yang tidak terjawab,” tegasnya.
Ia menegaskan Iran sebenarnya tak ingin perang. Namun menurutnya, negeri itu tak takut perang.
“Kami tidak menginginkan perang, tapi kami juga tidak takut perang,” tambah komandan militer Revolusi Iran itu, IRGC.
Hal sama juga dikatakan utusan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani. Ia mengeluarkan peringatan serupa pada Selasa malam.
“Republik Islam akan dengan tegas menanggapi setiap serangan terhadap wilayah tersebut, kepentingannya, dan warga negaranya dengan dalih apa pun,” kata Iravani, menurut kantor berita Iran, IRNA.
Perlu diketahui, Teheran membantah mendalangi serangan fatal terhadap pasukan AS di Yordania itu. Meskipun Iran mempersenjatai dan melatih banyak milisi Syiah di Irak dan Suriah, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan bahwa kelompok-kelompok ini “tidak menerima perintah dari Republik Islam Iran”.
Baca Juga :KPU Solsel Distribusikan Logistik Lebih Awal di Daerah Ini
“Kelompok-kelompok ini memutuskan dan bertindak berdasarkan prinsip dan prioritas mereka sendiri serta kepentingan negara dan rakyat mereka,” kata juru bicara kementerian Senin.
Kelompok militan telah melancarkan lebih dari 150 serangan terhadap pangkalan AS di Timur Tengah dalam beberapa bulan terakhir, namun insiden hari Minggu menandai pertama kalinya pasukan Amerika di wilayah tersebut dipastikan tewas akibat tembakan musuh sejak perang Israel-Hamas dimulai pada bulan Oktober. (*)