Sistem Zonasi Tak Bertaji? SMAN 4 Solok Selatan Sebut Sistem Domisili Hanya Sekedar Basa Basi

Kepala SMAN 4 Solok Selatan menyerahkan seragam sekolah gratis untuk 20 pendaftar tercepat di sekolah itu. Adi/Kopasnews.com
Kepala SMAN 4 Solok Selatan menyerahkan seragam sekolah gratis untuk 20 pendaftar tercepat di sekolah itu. Adi/Kopasnews.com

Solok Selatan,Kopasnews.com Alih-alih menjadi solusi pemerataan pendidikan, sistem penerimaan siswa berdasarkan domisili justru memunculkan dilema baru di SMAN 4 Solok Selatan. Sekolah yang terletak Rao-Rao  Koto Baru, ini kini ‘merana’ karena jumlah pendaftar jauh dari harapan, meski secara hitungan zonasi dimisili seharusnya mereka kebanjiran calon siswa.

 

Kepala SMAN 4 Solok Selatan, Akmalu Rijal Putra, menyampaikan kegundahannya terkait realisasi penerimaan siswa baru tahun ajaran 2025. Ia mengaku bingung dan kecewa, sebab dari estimasi 250–300 calon siswa dari beberapa SMP dan MTs sekitar, yang datang mendaftar hanya segelintir. Jumlahnya hanya 84 orang saja, jadi ratusan calon siswa yang berdekatan dengan sekolah itu kemana larinya.

 

“Kami punya feeder sekolah yang cukup, tapi faktanya anak-anak tak datang ke sini. Ke mana mereka? Apakah sistem domisili ini benar-benar berjalan atau hanya sebatas aturan di atas kertas?” ujar Akmalu dengan nada penuh kekecewaan, Selasa (8/7/2025) di sekolahnya.

 

Ia menduga ada praktik manipulasi domisili atau pembiaran terhadap pelanggaran sistem zonasi, sehingga siswa dari wilayah sekitar justru bersekolah di luar zona. Ini menjadi pukulan telak bagi sekolah-sekolah kecil yang sudah siap menerima murid sesuai aturan.

Berita Terkait:

Tertangkap Lagi! Residivis Narkoba Simpan 12 Paket Sabu Siap Edar di Rumahnya

Tak hanya soal angka, kekurangan siswa juga berdampak pada pemanfaatan fasilitas dan dinamika pembelajaran. Akmalu menyebut guru-guru harus berjuang ekstra agar kualitas belajar-mengajar tetap terjaga, meski ruang kelas kosong melompong dan sarana belajar tak tergunakan maksimal.

 

“Kami punya ruang, punya tenaga pengajar, tapi muridnya di mana? Kalau sistem ini tidak ditegakkan, lalu bagaimana kami bisa berkembang dan bersaing secara sehat?”ujarnya.

 

Ia pun meminta Dinas Pendidikan Sumatera Barat untuk turun tangan menyelidiki praktik penerimaan siswa di sekolah-sekolah lain yang diduga tidak patuh pada sistem domisili. Akmalu menilai jika ini terus dibiarkan, maka keadilan dalam pendidikan hanya akan jadi jargon kosong.

 

“Kami bukan minta perlakuan istimewa, kami hanya ingin aturan ditegakkan. Jangan sampai sekolah-sekolah kecil seperti kami dimatikan secara perlahan hanya karena sistem yang tidak dijalankan dengan konsisten.” tegasnya.

 

Sistem zonasi sejatinya dibuat untuk mendekatkan akses pendidikan ke lingkungan tempat tinggal siswa, mengurangi biaya transportasi, dan meratakan kualitas pendidikan.

Berita Terkait:

Akmalu Rijal Putra Dimutasi ke SMAN 4 Solsel, Siap Bersaing Dengan Sekolah Unggulan

Namun, di lapangan, implementasinya justru memunculkan ironi. SMAN 4 Solok Selatan kini menjadi contoh nyata bagaimana idealisme sistem bisa runtuh karena lemahnya pengawasan.

 

“Kami tidak punya gedung megah atau fasilitas canggih. Tapi semangat kami mendidik tidak kalah dari sekolah manapun. Yang kami butuhkan hanya keadilan,” pungkas Akmalu.

 

Bahkan untuk merekruk siswa baru, Kepala SMAN 4 tersebut menyediakan seragam gratis untuk 20 orang pendaftar pertama dan foucer Rp4 juta khusus bagi calon siswa baru yang juara 1-5 berturut-turut di SMP atau di MTs.

 

Akmalu Rijal juga mengutarakan akan menjadikan lingkungan belajar yang amannyaman dan menggembirakan sangat didambakan bagi seluruh warga sekolah terutama siswa/i.

 

“Insya Allah SMAN 4 Solok Selatan akan mewujudkan itu semua kedepannya sehingga mutu dan prestasi sekolah meningkat,” tuturnya. (adi)