Kopasnews.com – Pelatihan relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Solok Selatan yang berlangsung selama satu minggu resmi berakhir pada Minggu (17/11/2024). Pelatihan ini berfokus pada penanganan kebencanaan dan kemanusiaan, di bawah bimbingan instruktur PMI Sumatera Barat.
Ketua PMI Solok Selatan, Syamsurizaldi, menegaskan pentingnya manajemen bencana untuk mengantisipasi potensi bencana di daerah tersebut.
Kabupaten Solok Selatan dikenal sebagai daerah rawan bencana di Sumatera Barat, khususnya di wilayah Muara Labuh, Kecamatan Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), dan Pauh Duo.
Baca Juga : KPU Solok Selatan Ajak Masyarakat Memilih dengan Cerdas, Jauhi Politik Uang
“PMI Solsel diperlukan penerapan kebijakan serta strategi pengurangan risiko bencana. Penerapan kebijakan ini bertujuan untuk mencegah risiko bencana baru, mengurangi risiko yang sudah ada, serta mengelola risiko sisa demi memperkuat ketahanan masyarakat,” ujar Syamsurizaldi.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai elemen masyarakat, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PMI, untuk mengurangi dampak bencana.
“Sinergi antara BPBD Solok Selatan dan PMI sangat diperlukan, terutama dalam menghadapi bencana banjir yang paling sering terjadi di daerah ini,” ulasnya.
Banjir Menjadi Bencana Terbesar
Selama tahun 2024, tercatat 290 peristiwa bencana di Solok Selatan, dengan banjir sebagai kejadian paling dominan. Banyaknya sungai besar dan anak sungai kecil di wilayah ini membuat daerah tersebut rentan terhadap banjir, terutama saat curah hujan tinggi.
Baca Juga : 115 Penyandang Disabilitas di Padang Panjang Terima Bantuan Atensi dari Kemensos
“Kita harus waspada, terutama saat hujan lebat, karena sungai-sungai yang ada di Solok Selatan mudah meluap,” jelasnya.
Pemetaan Risiko Bencana
Sementara itu, Kepala BPBD Solok Selatan, Novi Hendrix, menambahkan bahwa potensi bencana di Solok Selatan tidak hanya terbatas pada banjir. Menurut Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Solok Selatan untuk periode 2025-2029, daerah ini juga berisiko tinggi terhadap banjir bandang, cuaca ekstrem, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kekeringan, letusan gunung berapi, likuefaksi, serta tanah longsor.
“Tingkat risiko ini tergolong tinggi, sehingga kesiapsiagaan masyarakat dan relawan sangat diperlukan,” paparnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para peserta pelatihan yang telah berkomitmen untuk bergabung sebagai relawan PMI.
“Peran serta relawan sangat penting dalam membantu korban bencana yang datang secara tiba-tiba,” imbuhnya.
Baca Juga : Timnas Indonesia Dihajar Jepang 0-4 di SUGBK, Erick Thohir Minta Maaf
Terpisah, Ketua Markas PMI Solok Selatan, Hendrivon, melaporkan bahwa pelatihan berlangsung lancar tanpa kendala berarti.
Seluruh peserta katanya berasal dari beberapa kecamatan hadir secara lengkap dan dalam kondisi kesehatan yang baik. Pelatihan akan resmi ditutup oleh Ketua PMI Solok Selatan, Syamsurizaldi, pada Minggu tengah malam.
“Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas relawan PMI Solok Selatan dalam menghadapi berbagai bencana, serta memperkuat sinergi antar-lembaga dalam penanggulangan bencana di wilayah tersebut,” pungkasnya. (adi)