Kopasnews.com – Israel kembali melancarkan serangan udara ke Lebanon, kali ini menargetkan senjata Hizbullah yang diduga disembunyikan di bawah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan ibu kota Beirut.
Serangan ini dilakukan oleh militer Israel Defense Force (IDF), yang dalam pernyataannya menegaskan bahwa serangan tersebut ditujukan dengan dalih kepada “senjata milik organisasi teroris Hizbullah.”
Baca Juga : Iran Gempur Israel Dengan Ratusan Drone Rudal Balistik dan Rudal Jelajah
Menurut IDF, senjata-senjata itu disimpan di bawah bangunan sipil, yang terletak di wilayah padat penduduk di pinggiran selatan Beirut. Meskipun informasi mengenai dampak keseluruhan dari serangan ini belum jelas, pihak berwenang Lebanon mengonfirmasi adanya peningkatan jumlah korban jiwa dalam 24 jam terakhir.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa serangan udara Israel di wilayah Haret Hreik, pinggiran selatan Beirut, pada hari Jumat menewaskan enam orang dan melukai 91 lainnya.
Proses evakuasi korban masih berlangsung, namun puing-puing dari bangunan yang hancur menyulitkan upaya penyelamatan. Televisi Hizbullah, Al-Manar, menyatakan bahwa upaya pencarian korban selamat terhambat oleh reruntuhan yang menumpuk di lokasi serangan.
Baca Juga : Palestina Tahan Imbang Korea Selatan di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Sebelumnya, Israel mengklaim telah menyerang markas besar Hizbullah yang menurut mereka terletak di bawah bangunan perumahan di daerah Dahiyeh, sebuah pusat kekuatan Hizbullah di Beirut. Al-Manar melaporkan bahwa tujuh bangunan hancur akibat serangan ini, dan Hizbullah telah menutup lokasi tersebut, meminta para jurnalis untuk menjauh.
Laporan dari kantor berita Axios menyebutkan bahwa Israel diduga menargetkan pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, dalam serangan ini. Namun, klaim tersebut dibantah oleh Hizbullah, yang menyatakan bahwa Nasrallah dalam keadaan aman. Sumber-sumber lain, termasuk kantor berita Iran Tsanim, juga mengonfirmasi bahwa Nasrallah selamat dari serangan tersebut.
Ketika serangan terjadi, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berada di New York, Amerika Serikat, untuk menyampaikan pidato di hadapan Sidang Majelis Umum PBB. Dalam pidatonya, Netanyahu menegaskan bahwa selama Hizbullah memilih jalur kekerasan, Israel tidak memiliki pilihan selain mempertahankan diri.
“Israel memiliki hak penuh untuk menghilangkan ancaman ini dan memastikan keselamatan warganya,” tegasnya di depan sidang PBB.
Eskalasi konflik ini telah memicu krisis kemanusiaan di Lebanon, dengan sekitar 100.000 orang terpaksa mengungsi dalam beberapa hari terakhir. Total pengungsi di Lebanon akibat konflik ini kini melebihi 200.000 orang, menambah tekanan pada negara yang sudah mengalami berbagai krisis. (*)