Jakarta, Kopasnews.com — Jika tetap dilanjutkan, pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat membahayakan bagi peserta didik di tanah air.
Salah satunya ketertinggalan pembelajaran (learning loss), yang akan berdampak buruk bagi perkembangan anak bangsa karena android dijadikan bahan permanen media belajar selama pandemi covid-19.
“Saya sangat cemas dengan dampak permanen PJJ, dan bahaya jika terus dilanjutkan lebih lama lagi. Pelajar akan mengalami learning loss,” ungkap Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Makarim, Jumat (3/9/2021).
Apalagi bagi pelajar yang keberadaannya di daerah terpencil atau pelosok. Mereka akan mengalami kesulitan akan akses internet dan teknologi informasi untuk kebutuhan belajar PJJ tersebut.
“Akan berpengaruh terhadap kesehatan anak dan penyebab utama anak Indoensia yang terpaksa putus sekolah karena belajar jarak jauh,” terangnya.
Solusinya, Pemerintah meski harus menerapkan kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM), sebab penerapan pembelajaran di Indoensia sudah telalu dilaksanakan PJJ dan negara paling lama di Dunia.
“Mengembalikan pembelajaran tatap muka, salah satu hal yang harus dilakukan pemerintah. Sebab berpengaruh terhadap pendidikan di Indoensia,” ujar mantan Bos gojek itu.
Nadiem menilai, PJJ tidak efektif, terutama di daerah dengan akses internet minim. Justru itu, Pemerintah memutuskan untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas dan bertahap sejak awal tahun 2021.
“Khusus sekolah di daerah Level 1-3 Covid, diberi opsi belajar tatap muka, nah sekolah di daerah level 4 situasi Covid tetap laksanakan PJJ,” tuturnya. (Dito)