Solsel, kopasnews.com – Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) didorong melakukan pengolahan limbah kulit durian menjadi pupuk bioenzim dan lain sebagainya. Akan tetapi selama ini hanya terfokus mengolah isi durian jadi produk dengan kaya cita rasa durian saja dalam bentuk penyajian makanan ringan khas daerah.
Hal ini diharapkan adanya oleh Ketua Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-POLRI (FKPPI) Solok Selatan, Novirman.
Dia mengharapakan pelaku UMKM untuk dapat terus berkreasi dan berinovasi menciptakan produk dari limbah kulit durian sebagai implementasi dari Festival Durian Solok Selatan yang sudah ditutup kegiatannya oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy di Pulau Mutiara, Nagari Lubuk Gadang Utara, Kecamatan Sangir.
“Nah, di Kabupaten Solok Selatan sudah ada pelaku usaha Bio Enzim karya baru. Perlu memamfaatkan momen Festival Durian ini untuk dapat memamfaatkan sampah jadi enzim,” ungkap Novirman, Minggu (2/10/2022) di Padang Aro.
Baca Juga : Kampung Of Durian Terlahir di Sumatera Barat Jadi Iven Nasional
Dia menyebut, bagaimana mengolah kulit durian menjadi pupuk organik yang dapat menghasilkan rupiah. Diakuinya dimana-mana saat ini banyak Durian, namun sampahnya berupa kulit durian banyak juga berceceran disetiap lokasi tempat masyarakat berjualan durian, maka perlu dilakukan pengolahan dengan baik.
Jadi kandungan Durian berupa isinya, bijinya, kulitnya bisa dimamfaatkan. Buat selera, untuk pengembangan durian berupa biji dan untuk pupuk cair dan lain sebagainya.
“Maka kahadiran durian itu memang multi mamfaat bagi kehidupan masyarakat. Isinya sebagai santapan cita rasa selera bagi kita, bijinya yang bagus bisa untuk ditanam kembali dan kulitnya bisa diolah dan jadi rupiah,” ungkap mantan Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan itu.
Jika kulit durian hanya menjadi sampah yang menumpuk, lama-lama bisa berdampak pada kesehatan masyarakat. Untuk itu, daur ulang kulit durian bagi pelaku usaha menjadi hal yang meski perlu dilakukan dan keharusan.
Festival Durian Solok Selatan sebutnya kaya mamfaat, disamping meningkatkan silaturahmi. Maka akan dapat mengangkat nama daerah, produk daerah, geliat ekonomi, geliat UMKM, dan pengemasan kulit durian jadi pupuk buatan alami.
“Oleh karena itu, Festival Durian Solsel kaya mamfaat dan musim durian Solsel juga kaya mamfaat bagi ekonomi, dan nama daerah Solsel,” tuturnya.
Baca Juga : Wakil Gubernur Sumbar Pantau Produk Lokal Daerah Solsel
Pelaku Usaha Bioenzim Karya Baru Solok Selatan, Bustanul, mengatakan usaha merubah rempah-rempah atau limbah rumah tangga yang biasa hanya dibuang ke tong sampah. Baginya bisa menghasilkan rupiah, setelah di fragmentasilan menjadi pupuk dan bahan detok. Sudah dua tahun ditekuninya.
Dia menutur bahwa kulit durian memiliki daya serap dan bisa dikatakan kaya nutrisi bila di fargmentasi dengan baik sesuai takaran pengolahan limbah.
Sebelumnya, hanya terfokus pada kulit mangga, kulit terong, daun-daunan yang memiliki nutrisi, kulit jeruk, kulit manggis, kulit salak, dan beragam jenis kulit buah-buahan lainnya.
“Kita akan meningkatan fragmentasi molase, dan tetes tebu. Kulit-kulit sayur, buah-buahan dan serai harum ditambah dengan kulit durian. Kita akan praktekan hasilnya, apakah ada perbedaan kandungannya nanti dengan yang sudah kita produksi sebelumnya,” ujar pria yang akrab disapa Deno itu.
Proses fragmentasi butuh waktu selama 3 bulan, baru bisa digunakan untuk pencuci piring, mencuci sayur, jadi pupuk dan lainnya.
Termasuk pengobatan detok atau teraphi jenis penyakit asam urat, rematik dan lainnya. Dengan cara kaki penderita direndam ke dalam air yang sudah dicampur dengan bioenzim.
“Isi botol 250 ml laku dipasaran Rp20 ribu. Juga digunakan petani untuk coret tanaman pertanian dibutukan 10 ml Bioenzym perliter air dan di coret sekeliling batang tanaman sayuran seperti cabai, dan bawang,” terangnya.
Olahan Bioenzym tersebut perdana ia produksi di akhir November tahun 2020. Semula dilakukan uji coba ke tanaman Cabai, dan padi miliknya. Termasuk mengatasi hama tanaman seperti ulat, Alhamdulillah sebut Bustanul uji coba itu berhasil.
Baca Juga : Sumbar Bidik Pasar Ekspor Untuk Produk Pertanian dan UMKM
Kemudian melakukan uji coba untuk tanaman Porang, dan manggis, hasilnya daunnya hijau dan bebas dari serangan hamas ketika disemprotkan.
“Semua ini dilakukan pemasaran sesuai dilakukan pengujian bioenzim pada tanaman berkali-kali,” tuturnya.
(adi)