Prosesi membantai kerbau nan gadang di Simancuang, Solok Selatan disetiap akan turun ke sawah
Padang Aro, kopasnews.com – Jorong Simancuang, Nagari Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo, Solok Selatan di kenal dunia dengan hutannya yang asri dan terlindungi.
Kampung pelosok tersebut pernah di kunjungi 13 Negara di Dunia, atas kiprah masyarakat setempat menjaga hutan dengan baik.
Di daerah pelosok itu, hingga kini sejak puluhan tahun yang lalu masih mempertahankan tradisi membantai Kabau Nan Gadang disetiap akan turun ke sawah.
Tercatat kegiatan tahunan itu, sudah ke-60 kali atau sudah kerbau ke-60 disembelih masyarakat setempat untuk memulai bercocok tanam sawah. Yang biaya pembelian kerbau merupakan swadaya warga setempat.
Uniknya, Mambantai Kabau Nan Gadang tersebut di awali dengan upacara adat oleh niniak mamak setempat. Seiiring meminta keridhoan Allah SWT sebagai sang khaliq pemberi rezki sebelum sawah di garap.
“Wejangan makan bersama berhidang dengan jamba surang-surang (makan sendiri-sendiri), dihadiri seluruh niniak mamak atau penghulu adat serta anak kemenakan dan pemerintah,” kata tokoh masyarakat Simancuang, Edison, Sabtu (28/5/2022).
Dia menyebut, tradisi ini merupakan kesepakatan bersama sejak dulu kala di setiap akan dimulainya pengolahan lahan persawahan, bertujuan untuk menyerentakkan menanam padi di sawah agar terhindar dari hama tanaman.
Biaya untuk pembelian kerbau yang disembelih berasal dari swadaya masyarakat, yang bergotong royong mengumpulkan iuran sehingga terselenggaranya acara Mambantai Kabau ini.
“Kerbau yang kami sembelih ini, merupakan iuran masyarakat daerah sini secara swadaya dan sukarela untuk menjalankan tradisi tahunan setiap turun ke sawah,” paparnya.
Untuk diketahui, Jorong Simancuang juga terkenal dengan hutan desa atau hutan nagari yang mendapat perhatian dunia internasional, dimana perwakilan dari 13 negara yang berasal dari 3 benua mengunjungi daerah tersebut pada 2014 lalu.
“Lewat hutan kami sudah persembahkan yang terbaik untuk Sumbar, khususnya Kabupaten Solok Selatan di mata dunia,” ucapnya.
Apresiasi tersebut diterima, dimana masyarakat Simancuang mampu mengelola dan menjaga hutan yang tersisa secara alami, sehingga memberikan dampak positif bagi warga dalam peningkatan ekonomi.
Pengelolaan hutan oleh masyarakat tradisional sebut Edison melalui hutan nagari jauh lebih baik, karena kealamian hutan dapat terjaga dengan baik.
“Isi hutan seperti manau dan rotan bisa diambil untuk perenomian. Sumber air terjaga dan bentuk penyelamatan dari bencana alam seperti banjir dan longsor,” paparnya.
Bupati Solok Selatan, Khairunas disamping menghadiri bejangan makan bersama tradisi mambantai kerbau, juga menyampaikan pesan pembangunan ke masyarakat setempat.
Bahawa tahun ini peningkatan jalan menuju Simancuang telah dianggarkan sebesar Rp4,5 miliar, yang mana saat ini dalam proses tender.
“Terkait blankspot atau tidak memiliki sinyal seluler dan internet di Simancuang, saat ini juga sedang diupayakan. Mudahan saja segera direalisasikan,” terangnya.
Bupati menghimbau warga, melalui perangkat jorong dan nagari untuk dapat menghibahkan tanah berukuran 10X10 meter sebagai syarat untuk pembangunan tower.
Ketua DPRD Solok Selatan, Zigo Rolanda, mengapresiasi masyarakat Simancuang, yang selalu mempertahankan tradisi dengan mengagendakan turun ke sawah dengan membantai ternak. (adi)