Pola Pertanian Sawah Metode TOT Dapat Menghemat Pengeluaran Petani

Pemerintah Kabupaten Solok Selatan melaksanakan panen perdana padi junjungan dengan media tanam metode TOT di Nagari Lubuk Gadang Barat Daya, Kacamatan Sangir. Dok.kopasnews.com
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan melaksanakan panen perdana padi junjungan dengan media tanam metode TOT di Nagari Lubuk Gadang Barat Daya, Kacamatan Sangir. Dok.kopasnews.com

Kopasnews.com – Pemerintah Kabupaten Solok Selatan melakukan panen perdana pada junjung dengan metode Tanpa Olah Tanah (TOT) di Nagari Lubuk Gadang Barat, Kecamatan Sangir, Sabtu (14/9/2024).

Bupati Solok Selatan Khairunas menyampaikan apresiasi dengan penetapan pola pertanian yang lebih efektif dan efisien di Lubuk Gadang Barat.

Pengolahan sawah dengan TOT, 40 persen penghematan biaya bagi petani. Percepatan tanam dan musim tanam dan menekan biaya penanaman.

“Ini konsep pengendalian hama, pengembalian unsur hara, segmentasi tanah. Lebih efektif dan efesiensi dengan biaya yang minim, demi kesejahteraan petani,” tuturnya.

Kalau pola ini cocok, sebut Bupati, maka akan di prioritaskan di Solok Selatan. Hal ini bentuk inovasi yang harus terus di upayakan untuk pertanian daerah.

Baca Juga : Empat Tersangka Kasus Dugaan Korupsi di Solok Selatan di Tahan, Satu Orang SP3

Menurutnya, pengembangan pertanian ini tidak hanya fokus pada dinas terkait, akan tetapi OPD lainnya harus juga berkontribusi di dalamnya.

“Sektor pertanian jika tidak diperhatikan dengan baik, maka bisa memberikan ancaman terhadap penghidupan. Terutama jaminan ketersediaan pangan daerah,” paparnya.

Sementara, Pj Wali Nagari Lubuk Gadang Selatan Joni Permadi mengatakan, ketahanan pangan di Nagari Barat dan Barat Daya yang sebelumnya, diupayakan para petani dengan bibit jagung dan bawang oleh pemerintah.

Tahun ini difokuskan pada bibit padi junjung dengan pola tanam metode Tanpa Olah Tanah (TOT) pakai jerami dalam olah tanah.

“Kita dalam pengolahan tidak ada sistem bakar jerami, sehingga dapat mengurangi polusi udara,” jelasnya.

Baca Juga : Kapolres Solok Selatan Intensifkan Upaya Penanggulangan Tambang Emas Ilegal

Satu mulsa pakai cangkang kopi dan satu lagi pakai jerami. Dari sisi hasil dari biaya olah tanam padi konvensional dan metode TOT, selisihnya per hektar Rp6 juta. Metode TOT hanya membutuhkan biaya Rp1,5 juta pengolahan pertanian sawah per hektarnya.

“Jadi, selain penghematan biaya. Juga dalam peningkatan hasil produksi pertanian sawah. Juga dibantu bibit dan pupuk,” jelasnya.

Untuk tahun 2025, disediakan 5 kelompok tani dalam pola tanam MPOT. Sementara jumlah lahan persawahan di Nagari ini seluas 359 hektar.

“Nanti, bila berhasil artinya metode TOT ini cocok untuk pengembangan pertanian sawah di Solok Selatan,” paparnya.

Baca Juga : Bawaslu RI Lakukan Verifikasi Calon PAW Anggota Bawaslu Padang Panjang

Terpisah, Ketua Kelompok Tani  Lubuk Gadang Barat Asmadi menyampaikan, 20 kelompok tani di daerah tersebut, baru satu kelompok tani yang sudah melakukan uji coba TOT. Namun hasilnya nanti akan dilihat dan dibandingkan dengan pertanian konvensional atau mengolah tanah sawah.

Dia juga menyebut permasalah petani sebelum, biaya olah tanah sawah mahal. Bibit dan pupuk.

“Dengan metode MPOT ini, petani bersemangat dalam menggerakkan pertanian sawah di daerah itu,” tuturnya. (adi)

error: Content is protected !!