Jakarta, kopasnews.com – Pemberitaan-pemberitaan negatif yang terjadi akibat kelakuan wisatawan asing nakal di Bali, dikhawatirkan dapat menghancurkan kepariwisataan Indonesia.
Sebab itu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI di desak untuk menepis kasus viral di media sosial tersebut akibat ulah perempuan WNA asal Jerman bernama Darja Tuschinski 28 tahun bertelanjang saat adanya pertunjukan tari Bali.
“Ini bidang yang kita kuasai yaitu tourism. Belakang ini di media sosial, banyak sekali kegiatan tourism, para tourism ini melakukan bad news. Rusak pariwisata Indonesia, karena sudah bikin pnar,” ujar Anggota Komisi X DPR RI Rano Karno saat Rapat Kerja Komisi X dengan Menparekraf/Kepala Barekraf RI di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Baca Juga : Desa Wisata Nagari Adat Sijunjung Berkelas Dunia
Dia mengatakan baru-baru ini misalnya, dunia jagat maya dihebohkan dengan pemberitaan adanya video terkait warga negara asing wanita asal Jerman yang melakukan tindakan tidak pantas seperti bertelanjang di sebuah pertunjukan tarian di Pura Saraswati Ubud, Gianyar, Bali.
Karena itu, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu meminta Kemenparekraf untuk lebih responsif dalam menindak lanjuti pemberitaan negatif ini. Jika perlu membuat satu tim deputi khusus.
“Jadi, saya cuman berpikir, mudah-mudahan ini hanya tindakan pribadi ya. Tapi yang saya khawatirkan kalau ini sebuah tindakan organize. Nah ini impact-nya sangat luar biasa di tengah persaingan. Jadi saya ingin mengingatkan kita agar minimal kementerian ada statement untuk meng-counter berita-berita seperti itu,” bebernya.
Baca Juga : Hindari Keluhkesah di Medsos, Tamu Wisata Lebaran Harus Diperlakukan Begini
Sementara, Menparekraf Sandiaga Uno menyampaikan akan mendalami usulan tersebut, karena memang persoalan ini perlu untuk diantisipasi. Dia juga menyatakan telah menerima video terkait wisatawan asing nakal tersebut.
Baca Juga : Dua Hal Yang Bisa Menodai Pemilu 2024 Menurut Bawaslu
“Kemenparekraf juga akan memastikan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan baik do and don’ts bukan hanya di Bali, juga pariwisata lain,” paparnya. (fah)